Minggu, 18 Desember 2016

CIRI SISWA


Ciri Siswa (The Instructional Design)

Tugas Mata Kuliah

Oleh : Fadhli Almajri
NIM: MPA. 152243
Dosen Pengampu : Dr. Musa, M.Pd 

A.  Pendahuluan
Salah satu unsur penting dalam proses perancangan pengajaran adalah pertimbangan tentang siswa, program itu dikembangkan bagi mereka. Sudah tentu ukuran keberhasilan rencana pengajaran didasarkan terutama pada tingkat pencapaian siswa yang terlibat. Populasi siswa terdiri atas berbagai macam peserta didik, dari SD sampai perguruan tinggi, dan daam berbagai bidang pelatihan (industri, bisnis, kesehatan, pemerintahan, atau kemiliteran). Karena sangatlah penting bahwa pada awal perencanaan diperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman peserta, baik sebagai kelompok maupun perseorangan.
Telah diakui secara umum bahwa semua manusia berbeda dalam banyak hal, termasuk dalam cara belajar. Sebagian perbedaan ini tercermin dari berbeda-bedanya jenis pengalaman yang dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat mempelajari sesuatu. Dan apabila tujuan program adalah kemahiran dalam keterampilan, perbedaan itu juga terlihat dalam lamanya waktu dan praktek yang dibutuhkan setiap siswa. Untuk mengajar, baik di perguruan tinggi ataupun dalam pelatihan kelompok, perancang pengajaran harus memperoleh informasi tentang kemampuan, kebutuhan, dan minat peserta. Informasi ini tentulah mempengaruhi unsur tertentu dalam perencanaan, seperti pemilihan pokok bahasan (dan kapan pokok bahasan itu dikenalkan), pemilihan dan urutan sasaran, kedalaman pembahasan pokok bahasan, dan berbagai macam kegiatan belajar. Pada tahap awal, saat mulai merancang rencana pengajaran, tentukan ciri siswa atau peserta, yang paling berguna untuk dikenali. Kemudian, tentukan cara untuk memperoleh informasi tersebut.

B.  Informasi Akademik
Baragkali, kategori informasi seorang siswa, yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan, adalah catatan akademiknya. Catatan ini mencakup :
1. Nilai sekolah atau tingkat pelatihan yang pernah diikuti dan bidang studi utama yang dipelajari.
2.   Indeks prestasi atau nilai studi akademik.
3. Nilai prestasi kepandaian baku dan prestasi keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan matematika.
4. Mata pelajaran khusus atau mata kuliah lanjutan yang diselesaikan yang berhubungan dengan bidang studi utama atau bidang pelatihan.
Sebagian besar informasi ini diperoleh dari catatan tentang siswa pada arsip administrasi sekolah. Beberapa diantaranya tercantum pada surat lamaran atau arsip karyawan. Jika anda memerlukan informasi khusus tentang peserta, tetapi informasi itu tidak tersedia, maka sejumlah ujian khusus dapat diminta agar dilaksanakan melalui badan pengurus ujian atau bagian personalia.
Yang erat kaitannya dengan informasi akademik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang sudah dikuasainya yang berhubungan langsung dengan dengan pengetahuan atau keterampilan yang akan dipelajari.

C.  Ciri pribadi dan ciri sosial
Disamping informasi akademik, ada baiknya diketahui ciri pribadi dan ciri sosial siswa karena untuk merekalah suatu program direncanakan. Untuk merancang suatu tata cara untuk mengajarkan suatu kepada siswa, seorang pengajar memerlukan pengetahuan berikut ini tentang siswa mereka :
a.   Umur dan tingkat kedewasaan.
b.   Motivasi dan sikap terhadap mata pelajaran.
c.   Harapan dan hasrat kejuruan (bila sesuai).
d.   Pekerjaan sebelumnya atau pekerjaan sekarang dan pengalaman kerja (kalau ada).
e.   Bakat khusus.
f.    Keterampilan mekanis.
g.   Kemampuan bekerja dalam berbagai kondisi lingkungan: tempat yang bising, di lapangan selama cuaca buru, di tempat yang tinggi dari permukaan laut, dll.

D.  Ciri siswa non-konvensional
Selama perencanaan memang penting untuk mengumpulkan  dan menggunakan jenis informasi umum (seperti informasi akademik, pribadi, dan sosial) tentang semua siswa, tetapi perhatian harus diberikan juga kepada diri khusus setiap siswa yang disebut sebagai siswa non-konvensional. Mereka adalah siswa yang persiapannya, tingkah lakunya, dan harapannya mungkin tidak konvensional. Berbagai kelompok ini meliputi orang dari kelompok minoritas menurut suku, siswa cacat, dan siswa dewasa.
 
E.  Siswa kelompok minoritas menurut suku
Diantara kelompok siswa, mungkin terdapat mereka yang berbudaya etnis dengan latar dan tingkah laku yang sangat berbeda dari siswa umumnya. Karena itu, ciri khusus mereka harus dipertimbangkan selama perencanaan.
Salah satu maslah yang mencolok adalah kurangnya kemampuan berbahasa nasional di kalangan mereka. Jika ini masalahnya, pengajaran untuk meningkatkan kemampuan berbahasa nasional (atau bahasa pengantar pengajaran) harus diberikan. Harus diakui adanya perbedaan budaya dan perbedaan sosial karena hal ini mempengaruhi kemampuan menerima tanggung jawab untuk perseorangan atau kesertaan dalam kegiatan mencipta.
Untuk menanamkan rasa percaya diri bahwa mereka berhasil, siswa dari kelompok budaya minoritas mungkin perlu diberi pengalaman di luar tata cara pelajaran rutin. Pertimbangan semacam ini penting dala program akademik atau program kejuruan. Beberapa pertimbangan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa agar dapat berhasil dalam belajar adalah:
a.   Memberikan peransang, seperti pengakuan atau keberadaan dirinya, hadiah uang, atau waktu bebas tugas, sebagai dorongan untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar dan melanjutkannya.
b.   Membeirkan kesempatan untuk melakukan kegiatan bersama, karena banyak siswa kaum minoritas memperoleh kepuasan dari proyek yang dikerjakan berkelompok dan dri membantu orang lain.
c.   Mengggunakan lebih banyak media pandang daripada bahasa dalam menyajikan unsur pokok bahasan.
d.   Memberikan contoh tambahan untuk ilustrasi dan rampatan.
e.   Memberikan lebih banyak waktu daripada biasanya untuk belajar dan menyelesaikan tugas yang kesulitannya memadai, dan memberikannya untuk melatih keterampilan.
f.    Memberikan lebih banyak kesempatan kepada siswa untuk mengecek keberhasilan dan kemajuannya dalam proses mencapai tujuan.
Beberapa dari pertimbangan diatas nampaknya hal biasa-biasa saja namun penting untuk semua siswa. Lagipula, semua pertimbangan itu sangat berharga ketika mempersiapkan pengajaran untuk siswa dengan latar belakang budaya yang berbeda dengan latar belakang budaya pengajar.
 
F.  Siswa cacat
Yang dikategorikan siswa cacat adalah jasmani dan cacat indera seperti tuli dan buta, dan lemah ingatan. Siswa jenis siswa cacat memiliki keterbatasan unik dan meminta perlakuan khusus. Sejumlah penyandang cacat jasmani mampu mengikuti pelajaran dalam kelas biasa, tetapi ada pula yang tidak. Suatu analisis yang diteliti tentang kemampuan perseorangan harus dilakukan dengan melakukan pengamatan , wawancara, dan ujian.
Banyak siswa cacat membutuhkan pelatihan khusus dan pelatihan secara perseorangan. Karena itu, suatu program pengajaran mungkin membutuhkan perombakan besar-besaran sebelum dapat diberikan secara tepat kepada siswa cacat. Pakar khusus yang mampu bekerja dengan penyandang cacat haruslah merupakan bagian dari tim perencanaan pengajaran.

G. Siswa Dewasa
Faktor penting yang mengurangi kehomogenan populasi siswa adalah semakin banyaknya orang dewasa yang menjadi siswa dalam tata latar berikut : mereka belajar kembali ke perguruan tinggi, masuk dalam program pendidikan orang dewasa, dan ikut dalam pelatihan kerja atau dalam pelatihan ulang dalam keterampilan baru di bidang usaha, industri, kesehatan, layanan pemerintahan, dan ketentaraan.
Telah diketahui sejumlah rampatan orang dewasa dan penyesuaian pendidikan mereka dalam proses pendidikan :
1.   Orang dewasa memasuki program dengan motivasi dan kesiapan belajar yang tinggi. Sering  mereka secara jelas mengetahui tujuan yang ingin mereka raih. Mereka menyukai program yang tersusun baik dan yang unsurnya terinci secara jelas.
2.   Orang dewasa membawa pengalaman yang luas ke kelas, baik dari kehidupan pribadi maupun dari kehidupan pekerjaan mereka. Pengalaman ini harus dimanfaatkan oleh pengajar sebagai sumber utama dengan cara membantu para pelajar dewasa itu menghubungkan pengalaman mereka dengan pokok bahasan yang dipelajari.
3.   Orang dewasa mungkin kurang luwes dibandingkan dengan kaum remaja. Kebiasaan dan cara mereka bekerja telah berkembang menjadi sesuatu yang rutin. Sebelum menerima perubahan, mereka harus mengetahui menfaatnya terlebih dahulu.
4.   Orang dewasa ingin diperlakukan sebagai orang dewasa. Mereka ingin berperan serta dalam pengambilan putusan. Mereka ingin bekerja sama dengan pengajar dalam menilai kebutuhan dan tujuan, memilih kegiatan, dan menentukan bukti untuk menilai pembelajaran.
5.   Sebagian besar orang dewasa yang telah matang mempunyai inisiatif dan mereka juga mandiri. Ada sejumlah orang dewasa yang kurang percaya diri dan perlu diyakinkan tentag kemampuan mereka untuk belajar, tetapi sebagian mereka lebih suka ikut serta dengan aktif dalam kegiatan belajar mereka sendiri. Mereka lebih suka kalau pengajar bertindak sebagai narasumber tak resmi untuk membimbing, membantu, dan mendorong mereka bila diperlukan.
6.   Bagi orang dewasa, waktu merupakan pertimbangan yang penting, karena mereka mungkin mempunyai tanggung jawab. Mereka tidak suka membuang-buang waktu. Mereka ingin mengetahui dengan pasti bahwa tujuan kagiatan pegajaran ada manfaatnya bagi mereka. Karena itu, kegiatan yang tersusun rapi dan mempunyai tujuan adalah penting.

H.  Gaya Belajar
Beberapa siswa lebih menyukai metode tertentu dan menganggapnya lebih efektif dari pada metode lainnya. Sudah lama diketahui bahwa dibandingkan dengan mengikuti ceramah dan membaca bahan tertulis, sejumlah orang dapat belajar lebih baik dengan pendekatan visual, sementara yang lain dengan mengikuti kegiatan jasmani dan mengotak-atik benda. Upaya untuk mengenali gaya belajar unik seseorang ada manfaatnya dalam merencanakan pengajaran.
Ada tiga aspek gaya belajar dari kenyataannya serta penelitian dapat merupakan informasi yang bermanfaat untuk menetapkan kondisi belajar. Ketiga aspek ini adalah fungsi belahan otak, kondisi belajar, dan gaya belajar kognitif.
1.   Fungsi belahan otak manusia
Otak manusia terbagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri, disebut hemisfer. Dari penelitian tentang manusia yang menderita kerusakan otak, ditemukan bahwa kedua hemisfer ini mempunyai fungsi yang berbeda dalam penghayatan dan penyusunan informasi selama proses belajar. Hemisfer kiri lebih efisien dalam menangani informasi secara nalar, runtut dan analisis. Belahan ini cocok sekali dengan berbagai fungsi bahasa (membaca, berbicara, dan menafsirkan lambang tulisan).
Hemisfer kanan menafsirkan informasi secara menyeluruh. Belahan ini memberikan perhatian kepada sintesis informasi, hubungan visual ruang, dan pemecahan masalah. Hemisfer kanan dianggap belahan otak yang digunakan untuk bercipta yang dapat menghasilkan, upamanya mengubah musik, merancang karya seni, atau merekayasa suatu bangunan.
2.   Kondisi belajar
Banyak faktor lingkungan di kelas atau tempat belajar dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi dan mencerap serta menyimpan informasi. Dunn dan Dunn merancang merancang sebuah catatan gaya belajar bagi kelompok belajar usia sekolah dan sebuah instrumen kedua untuk pelajar dewasa. Kedua koesioner ini mengandung pernyataan yang harus ditanggapi (dengan pernyataan setuju atau tidak). Hasilnya berupa analisis dari kondisi yang disukai orang untuk dapat belajar. Penilaian kesukaan orang menyangkut bidang berikut :
a. Lingkungan jasmani langsung, dalam kaitannya denga tingkat kenyaringan bunyi, kekuatan cahaya, dan panasnya suhu, serta pilihan dan susunan peralatan rumah tangga.
b.  Keadaan perasaan seseorang, dalam kaitannya dengan motivasi, rasa tanggung jawab, dan kegigihan dalam melaksanakan tugas.
c. Kebutuhan seseorang untuk bermasyarakat, dalam kaitannya dengan menyendiri, berkelompok dengan sejawat, berkelompok dengan orang dewasa, atau berkelompok dengan semua orang.
d. Kebutuhan jasmani seseorang, dala kaitannya dengan pilihan perseptual, kebutuhan akan keleluasaan bergerak, penggunaan waktu sehari-hari, atau irama tubuh (ritme biologi) untuk bisa berfungsi dengan efisien.
3.  Gaya belajar kognitif
Pendekatan lain untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi gaya belajar yang paling di sukai adalah dengan pemetaan gaya kognitif. Kerja awal daam kebijakan ini dlaksanakan di Oakland Community College di Michigan oleh Hill. Metode ini merupakan pedoman untuk menjelaskan dan mendiagnosis cara seseorang mencari makna ketika berhadapan dengan tugas pendidikan tertentu. Tiga perangkat pelaku peneliti.
Perangkat peneliti pertama menunjukkan seberapa jauh peserta cenderung mengumpulkan informasi dengan menggunakan berbagai lambang kualitatif dan teoritis (kaa dan bilangan), panca indra, dan sejumlah sandi budaya (sumber makna subjek). Perangkat kedua menunjukkan pengaruh yang terbawa oleh siswa ketika ia menyimpulkan makna dari informasi yang dikumpulkannya pada perangkat pertama. Perangkat ketiga menunjukkan car peserta berfikir untuk menyimpulkan makna yaitu bagaimana peserta mendekati suatu masalah dala proses menarik kesimpulan dengan manganalisis, mempertanyakan, atau menilai sesuatu yang tengah dipertimbangkan.
Seperti catatang gaya belajar yang diberikan pada bagian terdahulu, pemetaan gaya kognitif merupakan teknik yang bermanfaat dalam mengungkapkan lebih banyak perihal cara belajar yang disukai peserta. Hasil pengujian ini harus dipertimbangkan bersama-sama dengan data lain dan tidak boleh digunakan sebagai landasan satu-satunya untuk menentukan gaya belajar seseorang

I.    Kesimpulan
Ketika rencana disiapkan untuk pengajaran di kelas maupun secara berkelompok, dapatkanlah indikasi umum dari ciri akademik dan sosial mengenai siswa dan calon siswa. Rentang kemampuan, minat, dan kebutuhan ini dapat mengarahkan keputusan perencanaan dalam hubungannya dengan pemilihan sasaran atau pokok bahasan ataupun tugas, kedalaman perlakuan terhadap pokok bahasan, jumlah dan keragaman kegiatan yang akan diusulkan, contoh dan sumber yang diperlakukan, dan pertimbangan penting lainnya. Perhatian khusus harus dicurahkan pada ciri unik para peserta non-konvensial, seperti mereka yang berasal dari kelompok minoritas, siswa cacat, dan orang dewasa.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. terima kasih pak sdh meletakkan makalah saya di blog ini, ini merupakan salah satu cara belajar yang efektif dimana peserta didik bisa belajar dan bisa memahaminya dimana saja ia berada. saat ini media elektronik telah banyak digunakan oleh para remaja tetapi tidak digunakan sebagai sarana pembelajaran melainkan untuk sarana ajang mencari ketenaran. semoga blog ini dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan lbh terkhusus kpd diri saya pribadi... (Fadhli Almajri)

    BalasHapus
  3. silahkan juga kunjungi blog : http://fadhlialmajri.blogspot.co.id
    semoga bermanfaat

    BalasHapus