Minggu, 18 Desember 2016

Kebutuhan Belajar Dan Tujuan Pengajaran



Kebutuhan Belajar dan Tujuan Pengajaran 

Tugas Mata Kuliah The Instructional Design  

oleh : Masyhudi
NIM : MPA. 15.2272
Dosen Pengampu : Dr. Musa, M.Pd

A.     Pendahuluan
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses belajar seorang pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah direncanakan.
Kebutuhan manusia memang tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya.
Persoalan yang dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan belajar itu?, Apa tujuan pengajaran?, dan bagaimana melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan mengajar tercapai?, Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya. Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan pemenuhannya.

B.     Unsur-unsur Rancangan Pembelajaran
Rancangan pembelajaran yang terdiri dari sepuluh unsur yang merupakan satu kesatuan saling ketergantungan. Salah satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya. Itulah sebabnya gambar dibawah ini menggunakan pola berbentuk telur bulat, yang tidak mempunyai titik awal tertentu. Setiap orang dapat melakukan proses perancangan pengajaran dengan caranya sendiri, mulai dengan salah satu unsur yang mana saja, dan mengikuti urutan apa saja yang dirasakannya cocok.
 
 
Pada gambar di atas, satu unsur dan unsur lainnya sengaja tidak dihubungkan dengan garis atau panah, sebab garis penghubung antara unsur akan menunjukkan urutan yang lurus. Dalam beberapa program tertentu mungkin mengetahui kebutuhan belajar, memberikan uji-awal, atau merinci isi pelajaran tidaklah dianggap penting.
Alasan lain penggunaan bentuk telur bulat adalah untuk menunjukkan saling ketergantungan antara sepuluh unsur tersebut. Pengambilan keputusan mengenai salah satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya. Pada saat menuliskan tujuan pelajaran, biasanya sejumlah butir isi pelajaran dapat ditambah atau disusun berlainan.
Pada waktu menentukan kegiatan belajar mengajar, maksud tujuan pelajaran menjadi lebih jelas daripada sewaktu kita menuliskan tujuan itu pada awal proses. Dengan demikian dimungkinkan perlunya ada revisi. Akibatnya, tata cara yang kita sarankan sangat memungkinkan keluwesan dalam memilih unsur dan dalam urutan pembahasan semua unsur tersebut. Tata cara ini memungkinkan penambahan dan perubahan rencana perancangan pengajaran sewaktu proses pembuatan ini berlangsung.[1]
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan perlu tidaknya suatu proyek pengajaran dilaksanakan.
1.      Mengindentifikasi perkembangan situasi dalam bidang yang diminati.
Kegiatan ini mungkin melibatkan upaya penelitian pelajaran yang sedang diberikan atau suatu analisis di tempat lain (dalam lembaga atau di luar lembaga).
2.      Membandingkan data yang terkumpul dengan yang seharusnya terjadi
Perbedaan antara apa yang ada dengan yang dikehendaki, (Seberapa jauh tujuan pelajaran telah tercapai sampai pembelajaran), dapat dipakai sebagai alasan terbaik untuk memutuskan apakah proyek perancangan pengajaran perlu dilanjutkan atau tidak.[2]

Beberapa hasil yang membenarkan dilaksanakan proyek perancangan pengajaran adalah :[3]
Ø Tingkat hasil belajar atau keterampilan siswa masih berada di bawah harapan.
Ø Biaya program pengajaran terlalu tinggi.
Ø Periode pelatihan atau waktu yang dibutuhkan oleh pelatih lebih lama daripada yang dikehendaki.
Ø Adanya keinginan untuk mengubah metode pengajaran (Metode ceramah diubah menjadi metode belajar yang lebih luwes, mandiri, sesuai dengan kecepatan sendiri).
Ø Siswa atau peserta pelatihan selalu menyatakan ketidakpuasan akan suatu pelajaran atau program.
Ø Data dari kepustakaan, rekomendasi dari pakar terkenal, dan laporan dari program lain menunjukkan perlunya perubahan.
Ø Isi pelajaran atau program yang diajarkan sekarang masih perlu ditambah atau direvisi.
Ø Sejumlah besar karyawan baru yang tidak cukup berpengalaman akan ditugasi bekerja dalam suatu kelompok kerja.
Ø Persyaratan kerja dalam organisasi atau di lapangan telah berubah, atau ada maksud untuk menggunakan perlengkapan atau tata cara baru.
Ø Pelajaran atau program sedang dilaksanakan pada tingkat yang mengandaikan siswa lebih siap daripada keadaan mereka sebenarnya.
Ø Perubahan program dituntut karena alasan administrasi (keterbatasan anggaran, wajib latih, rasionalisasi karyawan, dan lain-lain).

Salah satu atau beberapa alasan di atas, yang ditunjang oleh cukup bukti, dapat mendukung perlunya proyek perancangan pengajaran dilaksanakan.

C.     Kebutuhan terhadap Perancangan Pengajaran
Kebutuhan adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai suatu hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, yang tidak baik menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dan lain-lain. Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi yang sebenarnya. Jadi pengertian kebutuhan belajar adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk hal-hal yang diperlukan dalam belajar dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri, baik itu proses belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal), maupun masyarakat (non-formal).
Pada tahap pengidentifikasian kebutuhan belajar ini, sebaiknya guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:
a.   Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
b.   Peserta didik didorong untuk mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar.
c.   Peserta didik dibantu untuk mengenali dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari luar
 
Alasan perlunya menentukan kebutuhan belajar adalah :

1.   Learning goals not being met.

2.   Inefficiency of current instruction.

3.   Lack of appeal of current instrustion.

4.   Ineffective instrustion in area.

5.   New goals for learning added.

6.   Change in learner population.



Kebutuhan belajar dapat disusun ke dalam berbagai golongan. Beberapa pakar pendidikan dan peneliti kebutuhan belajar yang dikemukakan dibawah ini dibuat oleh Johnstone dan rivera (1965) dalam buku “Volunteers of Learning” yakni:

a. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas pekerjaan;

b. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan kegemaran dan rekreasi;
c.  Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan keagamaan;
d. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan penguasaan bahasa dan pengetahuan umum;
e.  Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan kerumahtanggaan;
f.   Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan penampilan diri;
g. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan peristiwa baru;
h. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan usaha dibidang pertanian;
i.   Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan pelayanan jasa.

Penggolongan kebutuhan belajar sebagaimana dikemukakan diatas dapat diperluas sesuai dengan berkembangnya kebutuhan dan perubahan yang terjadi dimasyarakat. Penggolongan tersebut dapat memberikan gambaran tentang betapa luasnya kebutuhan belajar yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan program belajar dalam pendidikan luar sekolah. Luasnya kebutuhan belajar dapat memberi arah pada pendidikan luar sekolah untuk mengembangkan program belajar yang bervariasi, memerlukan waktu berlanjut dan berkesinambungan.
Kebutuhan Belajar
CLIENT
JENIS KEBUTUHAN
1.   Anak usia dini
a.   Pemerataan dan perluasan program layanan dan pendidikan.
b.   Peningkatan mutu layanan dan pendidikan.
c.   Pengelolaan layanan dan pendidikan.
d.   Peningkatan efisiensi dan efektivitas.
2.   Pendidikan dasar
a.   Peningkatan akses dan perluasan kesempatan belajar
b.   Peningkatan kualitas dan relevansi
c.   Efisiensi managemen pendayagunaan
3.   Pendidikan keaksaraan
a.   Perluasan akses pendidikan keaksaraan
b.   Peningkatan kinerja pendidikan keaksaraan.
c.   Memperkuat dan memperluas kelembagaan TBM dan PKBM
4.   Kesetaraan dan keadilan gender
a.   Persamaan akses pendidikan yang bermutu dan berwawasan gender.
b.   Menurunnya tingkat keniraksaraan penduduk dewasa.
5.   Pendidikan kecakapan hidup
a.   Pendidikan berbasis luas.
b.   Pendidikan berbasis masyarakat.
c.   Pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pasar kerja dan perilaku hidup sehat.

Tuntutan akan perubahan atau pertumbuhan dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa, maka sering sangat diperlukan dilaksanakannya pendidikan atau program pelatihan. Ada kalanya kebutuhan tidak dapat diidentifikasikan secara jelas sebagai kebutuhan yang memerlukan jalan keluar pengajaran, hal tersebut mungkin merupakan disebabkan sebagai berikut :[4]
Ø Perkara ketenagaan (Sikap pengajar, keterampilan mengajar yang tidak memadai atau kurangnya persiapan pengajar, kualitas pengawasan yang kurang baik dan kegagalan berkomunikasi).
Ø Perkara yang berhubungan dengan tata cara pelaksanaan (kemacetan produksi, pengarahan yang tidak memadai, tolak ukur kerja yang tidak cocok).
Ø Kurangya imbalan yang setimpal (gaji rendah, kurangnya tunjangan atau penghargaan untuk perseorangan).
Ø Masalah organisasi atau pengelolaan (kaburnya tanggung jawab, sikap pengelola yang kurang peduli akan arti pelatihan).
Ø Kurangnya dukungan terhadap pelatihan yang disebabkan oleh kurangnya biaya, sarana, karyawan, perlengkapan, atau waktu mengajar.
Ø Pengaruh luar atau situasi yang berada di luar kendali langsung atau lokal (kebijakan, peraturan, persyarata akreditasi).
D.     Mengumpulkan data untuk membuktikan adanya suatu kebutuhan
Ada berbagai cara mengumpulkan informasi, baik untuk menentukan apakah ada kebutuhan akan proyek pengajaran baru, atau untuk mendukung perlunya mengubah program yang sedang berlangsung. Kaufman mengelompokkan tata cara mengumpulkan informasi ini ke dalam dua kategori:[5]
1.      Tata cara penilaian internal.
Ada dua sumber dalam lembaga atau organisasi yang dapat mengumpulkan data dengan berbagai cara, yang mencakup :
Ø Menganalisis hasil ujian siswa dan skala penilaian prestasi siswa.
Ø Mewawancarai pengajar dan anggota staf lain mengenai amatan dan kesan mereka tentang kemampuan dan sikap siswa.
Ø Mengadakan pembicaraan dengan lulusan mengenai kesan dan penilaian mereka tentang arti dan tingkat keberhasilan program dan juga tentang kebutuhan mereka yang mungkin dapat dipenuhi lewat penilaian.
Ø Memperoleh rekomendasi atau menerima ‘pesanan’ dari pengelola atau staf lain untuk memulai upaya pelatihan.
2.      Tata cara penilaian eksternal.
Dengan menyimak program yang sedang berlangsung di lembaga lain dan menganalisis pengetahuan yang diperlukan, keterampilan, dan sikap individu yang diproyeksikan pada waktu kerja dalam organisasi, penilaian eksternal dapat dirinci untuk melengkapi penilaian eksternal. Metode yang digunakan mencakup :
Ø Mewawancarai mereka yang berkecimpung dalam pendidikan dan/atau pelatihan di organisasi, atau para pengelola, pengawas, dan karyawan ketika mereka sedang bekerja.
Ø Menganalisis program pengajaran pada lembaga lain dan membandingkan dengan kebutuhan pelatihan setempat dan sasaran pendidikan.
Ø Menyebarkan kuesioner untuk menyigi praktik yang berlangsung saat ini dan mengakui adanya kebutuhan di lapangan.

Untuk program akademik, penggunaan tata cara penilaian internal sudah sangat biasa. Semua ini harus dilengkapi data yang terkumpul dari sumber eksternal, seperti tenaga di lembaga lain, orang tua dan para penentu kebijakan.
Apapun metode yang digunakan untuk memperolehnya, informasi itu harus dianalisis untuk keperluan pelatihan dan kebutuhan lain yang ditentukan sebelumnya. Analisis ini perlu untuk mempelajari kembali, mengklasifikasikan, menafsirkan, dan menilai data yang terkumpul, kemudian memutuskan tindakan yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang ditemukan. Proses pengumpulan data ini mungkin sangat cepat dan bersifat informal, atau mungkin juga intensif membutuhkan sejumlah rincian dan pengujian statistik.

E.     Menetapkan Tujuan Pengajaran
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah tercapai. Kalau itu bukan tujuan akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.
Tujuan pengajaran ialah rumusan keinginan yang akan dicapai dengan pengajaran. Tujuan pengajaran ini ialah pengembangan dan penjabararn dari tujuan pendidikan Islam.
Tujuan adalah pernyataan umum tentang kegiatan belajar yang akan berlangsung. Tujuan itu mengarahkan pengajar dalam menentukan ukuran keberhasilan mata pelajaran, dan secara umum menyampaikan kepada pihak lain tentang tujuan umum program tersebut.
Tujuan menentukan kebutuhan belajar.
1.   Optimal performance.
2.   Actual performance.
3.   Feeling.
4.   Causes.
5.   Salutions.

Identifikasi kebutuhan pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pendidik (yang di dalamnya terdiri dari pengajar dan pengelola program pendidikan), dan orang tua atau masyarakat. Identifikasi kebutuhan pembelajaran juga bisa dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Jadi ada tiga kelompok orang yang dapat dijadikan informasi dalam mengindentifikasi kebutuhan instruksional yaitu  peserta didik, masyarakat (wali murid) dan pendidik.
Ketiga kelompok ini memiliki hubungan kerja sama dan partisipasi dalam mengindentifikasi kebutuhan pendidikan. Hubungan kerja sama ketiga kelompok ini digambarkan dalam bentuk segitiga:[6]


[1] Jerrold E Kemp, The Instructional Design Process, diterjemahkan oleh Asril Marjohan, Proses Perancangan Pembelajaran, (Bandung, ITB Bandung: 1994), hal. 15
[2] Ibid, hal. 35.
[3] Ibid, hal. 35-36.
[4] Op Cit, Jerrold E Kemp,, hal. 36.
[5] Op Cit, Jerrold E Kemp,, hal. 37                
[6] M. Atwi Suparman, Desain Intruksional Modern, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 121.
  

Hubungan kerja sama dan partisipan tiga mitra dalam mengindentifikasi kebutuhan instruksional dan pembangunan kurikulum. Modifikasi dari Harles dalam M. Atwi Suparman.



F.     Penutup

Makalah ini berusaha memperkenalkan cara menjawab pertanyaan dasar. “Pada tahap mana kita sekarang?” ini membawa kita kepada pertanyaan seperti, “Mau kemana kita?”, menilai kebutuhan, menyadari bahwa kebutuhan akan pendidikan atau pelatihan betul-betul ada, menyatakan tujuan, dan menghadapi kendala, semuanya merupakan upaya awal yang penting sebagai permulaan proses perancangan pengajaran.

Dalam rencana perancangan pengajaran, berbagai hal dikelompokkan sebagai bagian dari suatu unsur tunggal, seperti pada gambar bulat telur, bahwa semuanya diperlihatkan di tengah gambar rencana. Semuanya merupakan dasar bagi proses penyusunan unsur lain dalam proses perancangan pengajaran.


DAFTAR PUSTAKA



Hamzah B. Uno.2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Jerrold E Kemp, The Instructional Design Process, diterjemahkan oleh Asril Marjohan, Proses Perancangan Pembelajaran, (Bandung, ITB Bandung: 1994)

Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Omar Hamalik.2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara.
Sudrajat Akhmad, 2009, Tujuan pembelajaran sebagai komponen penting dalam pembelajaran.
 
 
 

1 komentar:

  1. Maaf referensi untuk defini kebutuhan belajar pake buku yang mana ya?

    BalasHapus