Kebutuhan Belajar dan Tujuan Pengajaran
Tugas Mata Kuliah The Instructional Design
NIM : MPA. 15.2272
Dosen Pengampu : Dr. Musa, M.Pd
A. Pendahuluan
Dalam melaksanakan
proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa manusia itu
melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan dari orang atau
manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan
disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah itu
harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki kebutuhan agar
dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Tujuan manusia belajar
tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak ilmu yang mereka
peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan dalam
kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses
belajar seorang pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap
kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun
kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang
telah direncanakan.
Kebutuhan manusia
memang tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu
tercapai, hal ini terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi
kebutuhannya.
Persoalan yang
dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan belajar itu?, Apa tujuan pengajaran?,
dan bagaimana melaksanakan proses pembelajaran agar tujuan mengajar tercapai?,
Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang
diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya. Kebutuhan setiap
manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan
itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari
segi kemanfaatan dan pemenuhannya.
B. Unsur-unsur Rancangan Pembelajaran
Rancangan
pembelajaran yang terdiri dari sepuluh unsur yang merupakan satu kesatuan
saling ketergantungan. Salah satu unsur akan mempengaruhi unsur lainnya. Itulah
sebabnya gambar dibawah ini menggunakan pola berbentuk telur bulat, yang tidak
mempunyai titik awal tertentu. Setiap orang dapat melakukan proses perancangan
pengajaran dengan caranya sendiri, mulai dengan salah satu unsur yang mana
saja, dan mengikuti urutan apa saja yang dirasakannya cocok.
Pada gambar di atas,
satu unsur dan unsur lainnya sengaja tidak dihubungkan dengan garis atau panah,
sebab garis penghubung antara unsur akan menunjukkan urutan yang lurus. Dalam
beberapa program tertentu mungkin mengetahui kebutuhan belajar, memberikan uji-awal,
atau merinci isi pelajaran tidaklah dianggap penting.
Alasan lain
penggunaan bentuk telur bulat adalah untuk menunjukkan saling ketergantungan
antara sepuluh unsur tersebut. Pengambilan keputusan mengenai salah satu unsur
akan mempengaruhi unsur lainnya. Pada saat menuliskan tujuan pelajaran,
biasanya sejumlah butir isi pelajaran dapat ditambah atau disusun berlainan.
Pada waktu
menentukan kegiatan belajar mengajar, maksud tujuan pelajaran menjadi lebih
jelas daripada sewaktu kita menuliskan tujuan itu pada awal proses. Dengan
demikian dimungkinkan perlunya ada revisi. Akibatnya, tata cara yang kita
sarankan sangat memungkinkan keluwesan dalam memilih unsur dan dalam urutan
pembahasan semua unsur tersebut. Tata cara ini memungkinkan penambahan dan perubahan
rencana perancangan pengajaran sewaktu proses pembuatan ini berlangsung.[1]
Ada dua hal yang
perlu diperhatikan untuk menentukan perlu tidaknya suatu proyek pengajaran
dilaksanakan.
1.
Mengindentifikasi
perkembangan situasi dalam bidang yang diminati.
Kegiatan ini mungkin
melibatkan upaya penelitian pelajaran yang sedang diberikan atau suatu analisis
di tempat lain (dalam lembaga atau di luar lembaga).
2.
Membandingkan data
yang terkumpul dengan yang seharusnya terjadi
Perbedaan antara apa
yang ada dengan yang dikehendaki, (Seberapa jauh tujuan pelajaran telah
tercapai sampai pembelajaran), dapat dipakai sebagai alasan terbaik untuk
memutuskan apakah proyek perancangan pengajaran perlu dilanjutkan atau tidak.[2]
Beberapa hasil yang membenarkan dilaksanakan proyek
perancangan pengajaran adalah :[3]
Ø Tingkat hasil belajar atau keterampilan siswa masih
berada di bawah harapan.
Ø Biaya program pengajaran terlalu tinggi.
Ø Periode pelatihan atau waktu yang dibutuhkan
oleh pelatih lebih lama daripada yang dikehendaki.
Ø Adanya keinginan untuk mengubah metode
pengajaran (Metode ceramah diubah menjadi metode belajar yang lebih luwes,
mandiri, sesuai dengan kecepatan sendiri).
Ø Siswa atau peserta pelatihan selalu menyatakan
ketidakpuasan akan suatu pelajaran atau program.
Ø Data dari kepustakaan, rekomendasi dari pakar
terkenal, dan laporan dari program lain menunjukkan perlunya perubahan.
Ø Isi pelajaran atau program yang diajarkan
sekarang masih perlu ditambah atau direvisi.
Ø Sejumlah besar karyawan baru yang tidak cukup berpengalaman
akan ditugasi bekerja dalam suatu kelompok kerja.
Ø Persyaratan kerja dalam organisasi atau di
lapangan telah berubah, atau ada maksud untuk menggunakan perlengkapan atau
tata cara baru.
Ø Pelajaran atau program sedang dilaksanakan
pada tingkat yang mengandaikan siswa lebih siap daripada keadaan mereka
sebenarnya.
Ø Perubahan program dituntut karena alasan
administrasi (keterbatasan anggaran, wajib latih, rasionalisasi karyawan, dan
lain-lain).
Salah satu atau beberapa alasan di atas, yang
ditunjang oleh cukup bukti, dapat mendukung perlunya proyek perancangan
pengajaran dilaksanakan.
C.
Kebutuhan terhadap
Perancangan Pengajaran
Kebutuhan adalah
segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai
suatu hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan
kearah yang lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu,
yang tidak baik menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dan lain-lain.
Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang
diinginkan dan kondisi yang sebenarnya. Jadi pengertian kebutuhan belajar
adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk hal-hal yang diperlukan dalam
belajar dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya tujuan belajar itu sendiri,
baik itu proses belajar yang berlangsung di lingkungan keluarga (informal),
sekolah (formal), maupun masyarakat (non-formal).
Pada tahap
pengidentifikasian kebutuhan belajar ini, sebaiknya guru melibatkan peserta
didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar,
sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar
bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar
kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa
memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan
belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka miliki dan diperoleh
melalui kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik didorong untuk mengenali dan
mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi kebutuhan
belajar.
c. Peserta didik dibantu untuk mengenali dan
menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar,
baik yang datang dari dalam maupun dari luar
Alasan perlunya
menentukan kebutuhan belajar adalah :
1.
Learning goals not
being met.
2.
Inefficiency of
current instruction.
3.
Lack of appeal of
current instrustion.
4.
Ineffective
instrustion in area.
5.
New goals for
learning added.
6.
Change in learner
population.
Kebutuhan belajar dapat disusun ke dalam berbagai
golongan. Beberapa pakar pendidikan dan peneliti kebutuhan belajar yang dikemukakan dibawah ini
dibuat oleh Johnstone dan rivera (1965) dalam buku “Volunteers of Learning”
yakni:
a. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan tugas
pekerjaan;
b. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan
kegemaran dan rekreasi;
c. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
keagamaan;
d. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan
penguasaan bahasa dan pengetahuan umum;
e. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
kerumahtanggaan;
f. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
penampilan diri;
g. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan peristiwa baru;
h. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan usaha
dibidang pertanian;
i. Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan
pelayanan jasa.
Penggolongan
kebutuhan belajar sebagaimana dikemukakan diatas dapat diperluas sesuai dengan
berkembangnya kebutuhan dan perubahan yang terjadi dimasyarakat. Penggolongan
tersebut dapat memberikan gambaran tentang betapa luasnya kebutuhan belajar
yang dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan program belajar dalam
pendidikan luar sekolah. Luasnya kebutuhan belajar dapat memberi
arah pada pendidikan luar sekolah untuk mengembangkan
program belajar yang bervariasi, memerlukan waktu berlanjut dan berkesinambungan.
Kebutuhan Belajar
CLIENT
|
JENIS KEBUTUHAN
|
1. Anak usia dini
|
a. Pemerataan dan perluasan program layanan dan
pendidikan.
b. Peningkatan mutu layanan dan pendidikan.
c. Pengelolaan layanan dan pendidikan.
d. Peningkatan efisiensi dan efektivitas.
|
2. Pendidikan dasar
|
a. Peningkatan akses dan perluasan kesempatan
belajar
b. Peningkatan kualitas dan relevansi
c. Efisiensi managemen pendayagunaan
|
3. Pendidikan keaksaraan
|
a. Perluasan akses pendidikan keaksaraan
b. Peningkatan kinerja pendidikan keaksaraan.
c. Memperkuat dan memperluas kelembagaan TBM
dan PKBM
|
4. Kesetaraan dan keadilan gender
|
a. Persamaan akses pendidikan yang bermutu dan
berwawasan gender.
b. Menurunnya tingkat keniraksaraan penduduk
dewasa.
|
5. Pendidikan kecakapan hidup
|
a. Pendidikan berbasis luas.
b. Pendidikan berbasis masyarakat.
c. Pendidikan yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan kebutuhan pasar kerja dan perilaku hidup sehat.
|
Tuntutan akan perubahan
atau pertumbuhan dalam ilmu pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa, maka
sering sangat diperlukan dilaksanakannya pendidikan atau program pelatihan. Ada
kalanya kebutuhan tidak dapat diidentifikasikan secara jelas sebagai kebutuhan
yang memerlukan jalan keluar pengajaran, hal tersebut mungkin merupakan
disebabkan sebagai berikut :[4]
Ø Perkara ketenagaan (Sikap pengajar,
keterampilan mengajar yang tidak memadai atau kurangnya persiapan pengajar,
kualitas pengawasan yang kurang baik dan kegagalan berkomunikasi).
Ø Perkara yang berhubungan dengan tata cara
pelaksanaan (kemacetan produksi, pengarahan yang tidak memadai, tolak ukur
kerja yang tidak cocok).
Ø Kurangya imbalan yang setimpal (gaji rendah,
kurangnya tunjangan atau penghargaan untuk perseorangan).
Ø Masalah organisasi atau pengelolaan (kaburnya
tanggung jawab, sikap pengelola yang kurang peduli akan arti pelatihan).
Ø Kurangnya dukungan terhadap pelatihan yang
disebabkan oleh kurangnya biaya, sarana, karyawan, perlengkapan, atau waktu mengajar.
Ø Pengaruh luar atau situasi yang berada di luar
kendali langsung atau lokal (kebijakan, peraturan, persyarata akreditasi).
D. Mengumpulkan data untuk membuktikan adanya
suatu kebutuhan
Ada berbagai cara
mengumpulkan informasi, baik untuk menentukan apakah ada kebutuhan akan proyek
pengajaran baru, atau untuk mendukung perlunya mengubah program yang sedang
berlangsung. Kaufman mengelompokkan tata cara mengumpulkan informasi ini ke
dalam dua kategori:[5]
1.
Tata cara penilaian
internal.
Ada dua sumber dalam
lembaga atau organisasi yang dapat mengumpulkan data dengan berbagai cara, yang
mencakup :
Ø Menganalisis hasil ujian siswa dan skala
penilaian prestasi siswa.
Ø Mewawancarai pengajar dan anggota staf lain
mengenai amatan dan kesan mereka tentang kemampuan dan sikap siswa.
Ø Mengadakan pembicaraan dengan lulusan mengenai
kesan dan penilaian mereka tentang arti dan tingkat keberhasilan program dan
juga tentang kebutuhan mereka yang mungkin dapat dipenuhi lewat penilaian.
Ø Memperoleh rekomendasi atau menerima ‘pesanan’
dari pengelola atau staf lain untuk memulai upaya pelatihan.
2.
Tata cara penilaian
eksternal.
Dengan menyimak
program yang sedang berlangsung di lembaga lain dan menganalisis pengetahuan
yang diperlukan, keterampilan, dan sikap individu yang diproyeksikan pada waktu
kerja dalam organisasi, penilaian eksternal dapat dirinci untuk melengkapi
penilaian eksternal. Metode yang digunakan mencakup :
Ø Mewawancarai mereka yang berkecimpung dalam
pendidikan dan/atau pelatihan di organisasi, atau para pengelola, pengawas, dan
karyawan ketika mereka sedang bekerja.
Ø Menganalisis program pengajaran pada lembaga
lain dan membandingkan dengan kebutuhan pelatihan setempat dan sasaran
pendidikan.
Ø Menyebarkan kuesioner untuk menyigi praktik
yang berlangsung saat ini dan mengakui adanya kebutuhan di lapangan.
Untuk program akademik, penggunaan tata cara
penilaian internal sudah sangat biasa. Semua ini harus dilengkapi data yang
terkumpul dari sumber eksternal, seperti tenaga di lembaga lain, orang tua dan
para penentu kebijakan.
Apapun metode yang digunakan untuk
memperolehnya, informasi itu harus dianalisis untuk keperluan pelatihan dan
kebutuhan lain yang ditentukan sebelumnya. Analisis ini perlu untuk mempelajari
kembali, mengklasifikasikan, menafsirkan, dan menilai data yang terkumpul,
kemudian memutuskan tindakan yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan atau
memecahkan masalah yang ditemukan. Proses pengumpulan data ini mungkin sangat
cepat dan bersifat informal, atau mungkin juga intensif membutuhkan sejumlah rincian
dan pengujian statistik.
E.
Menetapkan Tujuan
Pengajaran
Tujuan artinya sesuatu
yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu
kegiatan akan berakhir bila tujuannya sudah tercapai. Kalau itu bukan tujuan
akhir, kegiatan berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan
selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.
Tujuan pengajaran ialah
rumusan keinginan yang akan dicapai dengan pengajaran. Tujuan pengajaran ini
ialah pengembangan dan penjabararn dari tujuan pendidikan Islam.
Tujuan adalah pernyataan
umum tentang kegiatan belajar yang akan berlangsung. Tujuan itu mengarahkan
pengajar dalam menentukan ukuran keberhasilan mata pelajaran, dan secara umum
menyampaikan kepada pihak lain tentang tujuan umum program tersebut.
Tujuan menentukan
kebutuhan belajar.
1.
Optimal performance.
2.
Actual performance.
3.
Feeling.
4.
Causes.
5.
Salutions.
Identifikasi
kebutuhan pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh pendidik (yang di dalamnya
terdiri dari pengajar dan pengelola program pendidikan), dan orang tua atau
masyarakat. Identifikasi kebutuhan pembelajaran juga bisa dilakukan oleh
peserta didik itu sendiri. Jadi ada tiga kelompok orang yang dapat dijadikan
informasi dalam mengindentifikasi kebutuhan instruksional yaitu peserta didik, masyarakat (wali murid) dan
pendidik.
Ketiga kelompok ini
memiliki hubungan kerja sama dan partisipasi dalam mengindentifikasi kebutuhan
pendidikan. Hubungan kerja sama ketiga kelompok ini digambarkan dalam bentuk
segitiga:[6]
[1] Jerrold E Kemp, The
Instructional Design Process, diterjemahkan oleh Asril Marjohan, Proses
Perancangan Pembelajaran, (Bandung, ITB Bandung: 1994), hal. 15
Hubungan kerja sama
dan partisipan tiga mitra dalam mengindentifikasi kebutuhan instruksional dan
pembangunan kurikulum. Modifikasi dari Harles dalam M. Atwi Suparman.
F.
Penutup
Makalah ini berusaha memperkenalkan cara
menjawab pertanyaan dasar. “Pada tahap mana kita sekarang?” ini membawa kita
kepada pertanyaan seperti, “Mau kemana kita?”, menilai kebutuhan, menyadari
bahwa kebutuhan akan pendidikan atau pelatihan betul-betul ada, menyatakan
tujuan, dan menghadapi kendala, semuanya merupakan upaya awal yang penting
sebagai permulaan proses perancangan pengajaran.
Dalam rencana perancangan pengajaran, berbagai
hal dikelompokkan sebagai bagian dari suatu unsur tunggal, seperti pada gambar
bulat telur, bahwa semuanya diperlihatkan di tengah gambar rencana. Semuanya
merupakan dasar bagi proses penyusunan unsur lain dalam proses perancangan
pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno.2008. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jerrold E Kemp, The Instructional Design
Process, diterjemahkan oleh Asril Marjohan, Proses Perancangan
Pembelajaran, (Bandung, ITB Bandung: 1994)
Nana Syaodih Sukmadinata. 2002. Pengembangan
Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Omar Hamalik.2005. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara.
Sudrajat Akhmad, 2009, Tujuan pembelajaran sebagai komponen penting dalam pembelajaran.
Maaf referensi untuk defini kebutuhan belajar pake buku yang mana ya?
BalasHapus