Selasa, 27 Desember 2016

Strategi, Metode, Pendekatan dan Model Pembelajaran Sentra



Strategi, Metode, Pendekatan, Dan Model Pembelajaran 

 Berbasis Sentra Pada Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh : Nanik Purwiyanti

MPU : 15.2.2344

Tugas Mata Kuliah : PAUD Berbasis Sentra
Dosen Pengampu : Dr. Musa, M.Pd




BAB I
 PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa. Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Untuk itu pemilihan Strategi, metode, pendekatan dan model pembelajaran harus benar – benar diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

B.   Tujuan
Ø  Dapat mengetahui bagaimana strategi, metode, pendekatan, dan model    pembelajaran berbasis sentra pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

BAB II
 PEMBAHASAN

1.     Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
a. Pendekatan yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan makhluk yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi pembelajaran berdasarkan :
1)    pendekatan perkembangan dan
2)    pendekatan belajar aktif.
b. Karakteristik pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
1)      Prakarsa kegiatan tumbuh dari anak.
2)      Anak memilih bahan-bahan dan memutuskan apa yang akan dikerjakan.
3)      Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh inderanya.
4)      Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung dengan objek.
5)      Anak mentransformasi dan menggabungkan bahan-bahan.
6)      Anak menggunakan otot kasarnya.
c. Sintaks pembelajaran yang berpusat pada anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
1) Tahap merencanakan (planning time)
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari :
a) balok-balok kayu,
b) model buah-buahan,
c) alat-alat transportasi,
d) buku-buku cerita,
e) peralatan menggambar, dan
f) macam-macam boneka.
2) Tahap bekerja (work time)
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini guru berusaha agar ana-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bermain
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu dengan dunia anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya.
b. Sintaks pembelajaran melalui bermain
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap bermain, dan tahap penutup.
1) Tahap pra bermain
Tahap pra bermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan :
a)    kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain
Kegiatan penyiapan siswa terdiri dari :
(1) guru menyampaikan tujuan kegiatan bermain kepada para siswa,
(2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain,
(3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat, menara, dst., dan
(4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.
b)    kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan.
Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang diperlukan, misalnya menyiapkan bak pasir, ember, bendera kecil, dsb.
2)              Tahap bermain
Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan berikut :
a)    semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain,
b)    dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing,
c)    setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d) anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb.,
b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain, misalnya di rumah,
c) menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok,
d) menekankan petingnya kerja sama.
3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bercerita
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu sebagai berikut :
1) Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan.
2)   Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
3)   Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan keagamaan.
4)   Pembelajaran dengan bercerita memberikan memberikan pengalaman belajar untuk mendengarkan.
5) Dengan dengan mendengarkan cerita anak dimungkinkan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
6)   Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut :
1)    Menetapkan tujuan dan tema cerita.
2)    Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3)    Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
4)    Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
a)    menyampaikan tujuan dan tema cerita,
b)    mengatur tempat duduk,
c)    melaksanaan kegiatan pembukaan,
d)    mengembangkan cerita,
e)    menetapkan teknik bertutur,
f)     mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
5)    Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran dilaksanakan penilaian dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan isi cerita untuk mengembangkan pemahaman anak aka isi cerita yang telah didengarkan.
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
a. Rasional strategi pembelajaran melalui bernyanyi
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas karena :
1) bernyanyi bersifat menyenangkan,
2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan,
3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan,
4) bernyanyi dapat membantu membangun rasa percaya diri anak,
5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak,
6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor,
7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak, dan
8) bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
b. Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Strategi pembelajaran dengan bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1)    Tahap perencanaan,terdiri dari :
a) penetapkan tujuan pembelajaran,
b) penetapan materi pembelajaran,
c) menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan
d) menetapkan evaluasi pembelajaran.
2)  Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:
a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi contoh bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk tangan yang mengiringinya.
b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu.
c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan alat musik, misalnya pianika.
3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok.
5. Strategi Pembelajaran Terpadu
a. Rasional strategi pembelajaran terpadu
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang semuanya perlu dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang jika ada stimulasi untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada pada anak diharapkan dapat berkembangan secara optimal.
b. Karakteristik strategi pembelajaran terpadu :
    Pembelajaran terpadu memiliki karakteristik :
1) dilakukan melalui kegiatan pengalaman langsung,
2) sesuai dengan kebutuhan dan minat anak,
3) memberikan kesempatan kepada anak untuk menggunakan semua pemikirannya,
4) menggunakan bermain sebagai wahana belajar,
5) menghargai perbedaan individu, dan
6)  melibatkan orag tua atau keluarga untuk mengoptimalkan pembelajaran
c. Prinsip-prinsip strategi pembelajaran terpadu
Strategi pembelajaran terpadu direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip:
1) berorientasi pada perkembangan anak,
2) berkaitan dengan pengalaman nyata anak,
3) mengintegrasikan isi dan proses belajar,
4) melibatkan penemuan aktif,
5) memadukan berbagai bidang pengembangan,
6) kegiatan belajar bervariasi,
7) memiliki potensi untuk dilaksanakan melalui proyek oleh anak,
8) waktu pelaksanaan fleksibel,
9) melibatkan anggota keluarga anak,
10) tema dapat diperluas, dan
11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak
d. Manfaat strategi pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari strategi pembelajaran terpadu, yaitu :
1)  meningkatkan perkembangan konsep anak,
2) memungkinkan anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan,
3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan
4) dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
e. Sintaks pembelajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1) Memilih tema
Pemilihan tema untuk pembelajaran terpadu dapat bersumber dari :
(a)  minat anak,
(b)  peristiwa khusus,
(c)  kejadian yang tidak diduga,
(d)  materi yang dimandatkan oleh lembaga, dan
(e)  orang tua dan guru.
Ada beberapa kriteria untuk pemilihan tema, yaitu :
(a) relevansi topik dengan karakteristik anak,
(b) pengalaman langsung,
(c) keragaman dan keseimbangan dalam area kurikulum,
(d) ketersediaan alat-alat, dan (e) potensi proyek.
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu, pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan pengamatan terhadap proses belajar yang dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.
2.    Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Dalam memilih suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak, guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan karakteristik anak.
Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan, metode yang dipergunakan berkaitan erat dengan dimensi perkembangan anak dengan motorik, kognitif, bahasa, kreatifitas, emosi dan sosial. Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Karakteris Anak Usia TK :
1.    Metode Bermain
Merupakan berbagai macam bentuk kegiatan yang memberikan kepuasan pada diri anak yang bersifat non-serius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan dan secara imajinatif di transformasi sepadan dengan dunia orang dewasa.  
Fungsi Bermain :
1.  Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa
2.  Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata
3. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga & pengalaman hidup yang nyata
4. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat
5. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
6. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan
7. Mencerminkan pertumbuhan
8. Untuk memecahkan masalah
Penggolongan Bermain :
1. Kegiatan Bermain sesuai dengan Dimensi Perkembangan Anak
                 a. Bermain secara soliter (bermain sendiri)
                 b. Bermain secara paralel(dilanjutkan dengan melihat teman bermain
                 c. Bermain asosiatif (sudah bisa bermain dengan teman lain)
2. Kegiatan Bermain Berdasarkan Kegemaran Anak
                 a. Bermain bebas dan spontan
                 b. Bermain pura-pura
                 c. Bermain dengan cara membangun atau menyusun
                 d. Bertanding dan berolahraga
2.    Metode Karyawisata
Karya wisata merupakan metode melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan secara langsung, meliputi : manusia hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lain.
3.    Metode Bercakap – cakap
Bercakap-cakap berarti mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif. Manfaat metode ini yaitu :
1. Meningkatkan keberanian mengaktualisasi diri dengan bahasa ekspresif
2. Meningkatkan keberanian menyatakan apa yang dilakukan sendiri /org lain 
3. Meningkatkan hubungan dengan orang lain
4.   Meningkatkan kemampuan membangun jati diri
5.   Memperluas pengetahuan
4. Metode Demonstrasi
Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam demonstrasi kita menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Manfaat :
     1. Memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak
     2. Membantu meningkatkan daya pikir anak
5. Metode Proyek
Salah satu metode yang digunakan untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami anak dalam kehidupan sehari-hari . Salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara berkelompok.
Manfaat :
1. Mengembangkan pribadi yang sehat dan realistik
  Pribadi sehat memiliki ciri-ciri : bersikap mandiri, percaya diri, dapat menyesuaikan diri, sikap saling memberi dan menerima, mau menerima kenyataan
       Pribadi Realistik menerima tanggung jawab, bersikap optimis, mau belajar dari pengalaman
2. Memperluas wawasan anak tentang segi-segi kehidupan di sekolah dan masyarakat
3.   Mengembangkan dan membina sikap kerja sama dan interaksi sosial
4.   Mengembangkan etos kerja anak
5.   Mengeksplorasi kemampuan, minat, serta kebutuhan anak
6.   Menggunakan kebebasan secara fisik maupun secara intelektual
Tujuan Kegiatan Proyek :
1.    Untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh keterampilan dalam memecahkan persoalan dengan lebih baik
2.    Untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak
3.    Memberi peluang kepada tiap anak untuk berperan dalam pemecahan masalah
6.    Metode Bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu pengalaman belajar bagi anak dengan membawakan cerita secara lisan. Cerita yang dibawakan oleh guru harus menarik, mengundang perhatian dan tidak lepas dari tujuan pendidikan. Manfaat :
1.    Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lain
2.    Memperoleh bermacam-macam informasi
3.    Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor anak
4.    Mengembangkan dimensi perasaan anak
5.    Membantu anak membangun bermacam peran
Tujuan Bercerita :
1.    Anak dapat menyerap pesan-pesan
2.       Memberikan informasi/menanamkan nilai moral, agama, dan sosial
7.    Metode Pemberian Tugas.
Metode pemberian tugas merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja
diberikan kepada anak yang harus dilaksanakan dengan baik. Manfaat Penggunaan Metode Pemberian Tugas :
1.    Meningkatkan cara belajar yang benar à bila dirancang secara tepat dan benar
2.    Menanamkan kebiasaan dan sikap belajar yang positif à apabila tugas diberikan secara teratur, berkala, dan konstan/ajeg
3.    Menimbulkan prakarsa anak untuk mengembangkan kegiatan belajar sendiri
4.   Dapat menghasilkan prestasi belajar optimal à bila diberikan secara tepat dan dirancang secara seksama à meningkatkan kemampuan yang sudah dimiliki
5.  Memberikan arti yang besar bagi anak à bila bahan bervariasi dan sesuai kebutuhan dan minat anak
         Tujuan Kegiatan Pemberian Tugas :
1.    Anak memperoleh pemantapan materi yang telah di ajarkan
2.    Anak memperoleh pemantapan cara mempelajari materi pelajaran secara lebih efektif
3.    Meningkatkan kemampuan berpikir anak
3.       Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Secara khusus pendekatan yg dilakukan dalam PAUD biasanya menggunakan:
a.       Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun 1962. Digunakan studi longitudinal sampai seseorang berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa anak memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas bermainnya. High/Scope memiliki komponen penting, yaitu :
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning center yang   beragam.
2)    Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
3)   Pengalaman kunci (key experience)
Pengalaman-pengalaman penting anak dipakai untuk pembelajaran.
4)  Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang diperoleh anak.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
1)    Benda-benda yang dapat dieksplor anak.
2)    Manipulasi benda-benda oleh anak.
3)    Pilihan bagi anak tentang apa yang harus dilakukan anak.
4)    Bahasa anak.
5)    Dukungan dari dan oleh orang dewasa.
b.    Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCCT
Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, peran makro, mikro, balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh potensi kecerdasanan anak.
Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar sehingga dikenal sebagai saat lingkaran. Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini dikembangkan oleh Creative Pre School Florida Amerika Serikat dan mulai dikembangkan juga di Indonesia. Metode ini merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio, yang menfokuskan kegiatan anak-anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak.
c.   Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA
Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya”.
REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di Italia setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang, para wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknyalah mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran inilah lalu diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab dan kebersamaan melalui eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak.
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru serta interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
d.    Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi yang dipersiapkan. Guru perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar.
Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya lebih tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia tetap dilatih agar bisa mandiri. Lingkungan dipersiapkan dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:
a.   Materi sensorial
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya. Materi yang digunakan adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat ringan, dll.
b.   Materi konseptual
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika dan pengetahuan sosial.
c.   Materi kehidupan praktis
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam pendekatan ini tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal jika anak bermain, maka salah satu unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini anak tidak dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak belajar secara  mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sangat terbatas.
4.       Model Pembelajaran
Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal[1]. Sedangkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupun pengorganisasian pembelajaran[2].
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak[3]. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran untuk membentuk kecerdasan anak, yaitu :
a.      Model Pembelajaran Klasikal
Adalah pola pembelajaran dimana dalam waktu yang sama, kegiatan dilakukan oleh seluruh anak sama dalam satu kelas (secara klasikal). Model pembelajaran ini merupakan model yang paling awal digunakan di TK. Dengan sarana pembelajaran yang pada umumnya sangat terbatas, serta kurang memperhatikan minat individu anak.
b.    Model Pembelajaran Kelompok
Merupakan pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dengan kegiatan yang berbeda-beda. Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain. Jika tidak tersedia tempat anak tersebut dapat melakukan kegiatan di kegiatan pengaman.
c.    Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-sudut Kegiatan
Merupakan kegiatan yang menggunakan langkah- langkah pembelajaran yang mirip dengan model pembelajaran area karena memperhatikan minat anak. Jumlah sudut yang digunakan dalam satu hari bersifat luwes sesuai dengan program yang direncanakan dengan kisaran 2-5 sudut. Dalam kondisi tertentu dimungkinkan satu sudut lebih dari satu kegiatan. Alat-alat yang disediakan pada sudut selayaknya lebih bervariasi dan sering diganti sesuai tema/sub tema yang dibahas.
Sudut-sudut kegiatan:
1) Sudut Ke Tuhanan
2) Sudut Keluarga
3) Sudut Alam Sekitar dan Pengetahun
4) Sudut Pembangunan
5) Sudut Kebudayaan
d.    Model Pembelajaran Area
Di dalam model ini anak didik diberi kesempatan untuk memilih/ melakukan   kegiatan sendiri sesuai dengan minat mereka. Pembelajarannya dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan spesifik anak dan menghormati keragaman budaya yang menekankan pada prinsip :
1)  Pengalaman pembelajaran pribadi setiap anak
2) Membantu anak membantu pilihan dan keputusan melalui aktifitas di  dalam area-area yang disiapkan.
3)  Keterlibatan keluarga dalam proses pembelajaran.
e.    Model Pembelajaran Seling (BCCT)
Adalah pendekatan pembelajaran yang dalam prosespembelajarannya  dilakukan dalam lingkungan (Circle Times) dan sentra bermain. Jadi BCCT yang dalam bahasa Indonesia pendekatan Selling (Sentra dan Lingkaran) dapat diartikan adalah suatu pendekatan metode dalam pembelajaran anak usia dini yang diperkaya dengan mainan – mainan yang digunakan sebagai dukungan untuk membantu perkembangan  anak lebih tinggi.
Sentra adalah pusat kegiatan pembelajaran dengan metode bermain sambil belajar yang dirancang untuk mengembangkan seluruh potensi anak. Setiap sentra memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu dalam merancang dan menata kegiatan bermain yang bermutu, seorang guru harus memperhatikan proses perkembangan anak, baik dari segi materi, bahan dan alat main. Yang dimaksud saat lingkaran adalah pendidik dan peserta didik duduk melingkar pada saat sebelum dan sesudah kegiatan bermain anak, sehingga semuanya dapat saling berinteraksi satu sama lain, pendidik dapat memantau perkembangan semua anak didiknya dengan mudah. Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio. Ada beberapa macam sentra yang dapat diterapkan, diantaranya :
1.    Sentra main peran
Tempat bermain sambil belajar, dimana anak dapat mengembangkan daya ingat, berimajinasi, berekpresi, dan berekplorasi. Penekanan pada sentra ini adalah terletak pada bagaimana anak mengekplorasikan diri sebaik – baiknya. Tujuan pada sentra ini adalah agar anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan teman – temannya.
2.    Sentra balok
Di sentra ini anak dapat memilih balok – balok yang telah disediakan sesuai keinginannya. Penekanan pada sentra ini adalah bagaimana anak berimajinasi dan berkreasi dalam menata balok – balok sehingga membentuk seperti bangunan asli. Tujuan pada sentra ini adalah agar anak dapat mengenal bentuk dan ruang.
3.    Sentra ibadah/Imtaq
Pada sentra ini difasilitasi dengan kegiatan bermain yang difokuskan pada kegiatan keagamaan, seperti tata cara shalat, wudhu, dan menghafal surat – surat pendek. Penekanan pada sentra ini adalah penanaman nilai – nilai agama Islam pada anak. Tujuan pada sentra ini adalah agar anak terbiasa dalam melaksanakan ibadah dengan baik dan berakhlak mulia.
4.    Sentra Persiapan
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan pengalaman keaksaraan. Penekanan pada sentra ini adalah bagaimana supaya anak dapat membaca, menulis, dan berhitung. Tujuannya adalah agar anak dapat berfikir teratur, senang membaca, menulis dan berhitung[4].
5.    Sentra Seni dan Kreatifitas
Pada sentra ini difasilitasi alat – alat musik dan alat – alat seni lainnya. Penekanan pada sentra ini adalah menstimulasi sensor motor anak, yaitu dapat dilihat bagaimana anak mengekpersikan dirinya melalui irama, tarian, nyanyian dan gerakan lagu. Tujuannya agar anak dapat berfikir secara kreatif dan sensor motorik berkembang dengan baik.
6.    Sentra Olah Tubuh
Sentra ini untuk merangsang kecerdasan badan – kinestetik anak melalui gerakan, tarian dan olah raga.
7.    Sentra Bahan Alam
Tempat bermain sambil belajar untuk mengembangkan kecersadan penelitian anak dengan melalui pemanfaatan bahan – bahan yang ada dilingkungan sekitar, seperti daun – daunan, padir, tanah, air dan tanaman. Tujuan pada sentra ini adalah anak dapat menemukan konsep sendiri dan bersosialisasi terhadap lingkungan.

BAB III
 PENUTUP

A.   Kesimpulan
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak  :
1. Strategi Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
2. Strategi Pembelajaran Melalui Bermain
3. Strategi Pembelajaran Melalui bercerita
4. Strategi Pembelajaran Melalui Bernyanyi
5. Strategi Pembelajaran Terpadu
Metode pembelajaran merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan, metode yang dipergunakan berkaitan erat dengan dimensi perkembangan anak dengan motorik, kognitif, bahasa, kreatifitas, emosi dan sosial. Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Karakteris Anak Usia TK :
1.    Metode Bermain
2.    Metode Karyawisata
3.    Metode Bercakap – cakap
4.    Metode Demonstrasi
5.    Metode Proyek
6.    Metode Bercerita
7.    Metode Pemberian Tugas.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Secara khusus pendekatan yg dilakukan dalam PAUD biasanya menggunakan:
1.   Pendekatan High Scope
2.   Pendekatan Beyond Centre and Circle Time/BCC
3.   Pendekatan Reggio Emilia Approach/REA
4.   Pendekatan Montessori
Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran untuk membentuk kecerdasan anak, yaitu :
1.   Model Pembelajaran Klasikal
2.   Model Pembelajaran Kelompok
3.   Model Pembelajaran Berdasarkan Sudut-sudut Kegiatan
4.   Model Pembelajaran Area
5.   Model Pembelajaran Seling (BCCT)
Metode Sentra dan Saat Lingkaran merupakan hasil pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio. Ada beberapa macam sentra yang dapat diterapkan, diantaranya :
1)    Sentra main peran
2)    Sentra balok
3)    Sentra ibadah/Imtaq
4)    Sentra Persiapan
5)    Sentra Seni dan Kreatifitas
6)    Sentra Olah Tubuh
7)    Sentra Bahan Alam

B.   SARAN
Demikianlah pembahasan seputar strategi, metode, pendekatan dan model pembelajaran berbasis sentra di PAUD. Penulis berharap agar makalah ini bisa bermanfaat sebagai sumbangsih keilmuan, dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan keseharian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik yang di sengaja maupunn tidak, maka penulis berharap masukan konstruktif untuk upaya perbaikan dikemudian hari.


[1] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2010, cet. 4), hlm. 21.
[2] Hamzah Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. V
[3] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain pembelajaran , hlm. 22
[4] A. Martuti, Mendirikan dan Mengelola PAUD Manajemen Administrasidan Strategi Pembelajaran, hlm. 73.

1 komentar: